30/09/2021. Tafsir Surah al-Jumu'ah. Tafsir Surah al-Jumu'ah ayat 9-11 menjelaskan tentang anjuran untuk meninggalkan perniagaan ketika azan jum'at telah dikumandangkan hingga selesainya sholat jum'at. Tafsir Surah al-Jumu'ah ayat 9-11 ini juga tidak lepas dari kisah Dihyah al-Kalbi dari Syam yang ketika datang membawa berbagai macam
مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۢا ۚ بِئْسَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ Arab-Latin Maṡalullażīna ḥummilut-taurāta ṡumma lam yaḥmilụhā kamaṡalil-ḥimāri yaḥmilu asfārā, bi`sa maṡalul-qaumillażīna każżabụ bi`āyātillāh, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīnArtinya Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. Al-Jumu'ah 4 ✵ Al-Jumu'ah 6 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Menarik Terkait Dengan Surat Al-Jumu’ah Ayat 5 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Jumu’ah Ayat 5 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam hikmah menarik dari ayat ini. Didapati aneka ragam penjelasan dari berbagai ahli tafsir terhadap makna surat Al-Jumu’ah ayat 5, sebagiannya seperti tertera📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia5. Perumpamaan orang-orang Yahudi yang ditugaskan mengamalkan Taurat tetapi tidak melaksanakannya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Sangat buruklah perumpamaan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak mengambil manfaat darinya. Allah tidak membimbing kaum yang zhalim yang melampaui batasan-batasan Allah dan menyimpang dari ketaatan kepadaNya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram5. "Permisalan orang-orang Yahudi yang dibebani untuk melaksanakan apa yang ada di dalam Taurat lalu mereka meninggalkan apa yang dibebankan kepada mereka, seperti keledai yang mengangkut kitab-kitab yang besar, tidak mengerti apa yang dibebankan kepadanya, apakah itu kitab atau lainnya. Amat buruk permisalan suatu kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan Allah tidak memberikan taufik kepada kaum yang zalim untuk mendapatkan kebenaran."📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah5. Perumpamaan orang-orang Yahudi yang mendapat mengajaran kitab Taurat dan diperintah untuk mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya; seperti keledai yang mengangkut banyak kitab, namun keledai itu tidak memahami isinya. Betapa buruk perumpamaan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat al-Qur’an dan mukjizat-mukjizat Rasulullah. Allah tidak akan memberi petunjuk bagi orang-orang yang enggan mengikuti kebenaran, karena mereka telah menzalimi hak Allah, para rasul-Nya dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah5. مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا۟ التَّوْرَىٰةَ Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat Perumpamaan ini dibuat Allah bagi orang-orang Yahudi yang tidak mau mengamalkan kitab Taurat. Yakni mereka dibebani untuk menegakkan Taurat dan menjalankan isi kandungannya. ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَاkemudian mereka tiada memikulnya Yakni tidak mengamalkan kandungannya dan tidak mentaati perintah yang ada di dalamnya. كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۢا ۚ adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal Kata الأسفار adalah bentuk jamak dari السفر yaitu kitab yang besar. Dan keledai tidak memahami apakah yang dibebankan di atas punggungnya itu merupakan kitab atau sampah. بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايٰتِ اللهِ ۚ Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu Yakni keledai yang diumpamakan seperti orang-orang Yahudi adalah permisalan yang paling buruk yang dimisalkan bagi orang-orang yang mendustakan. Maka janganlah kalian manjadi seperti mereka hai orang-orang beriman. Allah mendahulukan permisalan ini sebagai peringatkan bagi orang-orang yang meninggalkan Rasulullah berdiri berkhutbah di atas mimbar untuk pergi melakukan perdagangan, serta bagi semua orang yang enggan mendengarkan khutbah padahal ia mendengarnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits “Barangsiapa yang berbicara pada hari Jum’at ketika imam sedang berkhutbah, maka ia seperti seekor keledai yang mengangkut kitab-kitab tebal. Dan barangsiapa yang berkata kepada orang itu diamlah’ maka tidak ada pahala shalat jum’at baginya.”📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah5. Perumpamaan orang-orang Yahudi yang dibebankan amal ibadah dalam Taurat, lalu tidak mengamalkan kewajiban Taurat itu sebagaimana keledai yang membawa kitab yang bermanfaat. Perumpamaan buruk ini adalah perumpamaan kaum yang mendustakan dalil-dalil, mukjizat, dan ayat-ayat yang menunjukkan tentang kenabian Muhammad SAW. Allah tidak membantu menunjukkan kaum yang menzalimi dirinya dengan kekufuran dan kebohongan kepada kebenaran dan kebaikan.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahPerumpamaan} perumpamaaan {orang-orang yang dibebani tugas Taurat} Dibebani untuk mengamalkan apa yang ada di dalamnya {kemudian tidak mengamalkannya} tidak mengamalkan apa saja yang ada di dalamnya {adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab} kitab-kitab {Sangat buruk} sangat buruk {perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalimMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H5. Ketika menyebutkan nikmatNya yang diberikan pada umat ini, umat yang ditengah-tengahnya diutus seorang nabi yang tidak bisa baca-tulis, serta berbagai keistimewaan dan sifat baik yang diberikan yang tidak bisa didapatkan oleh umat yang lain padahal mereka adalah umat yang tidak tahu baca-tulis, umat yang mengungguli orang-orang dahulu dan terkemudian hingga ahli kitab yang mengira bahwa mereka adalah ulama rabbani dan para pendeta yang terdahulu. Selanjutnya Allah menyebutkan, bahwa orang-orang yang membawa kitab Taurat dari kalangan Yahudi dan juga Nasrani dan diperintahkan agar dipelajari dan diamalkan namun mereka tidak membawa dan menunaikan apa yang diperintahkan. Dengan demikian mereka tidak memiliki keutamaan. Mereka tidak ubahnya seperti keledai yang membawa barang berupa kitab-kitab ilmu di atas punggungnya. Bisakah keledai memanfaatkan kitab-kitab yang dibawa di atas punggungnya itu? Apakah karena sebab itu mereka berhak mendapatkan keutamaan? Ataukah jatah mereka hanya sekedar membawa saja. Inilah perumpamaan ulama ahli kitab. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengajarkan isi Taurat, yang diantara perintah terbesar dan teragungnya adalah mengikuti Muhammad serta kabar gembira bagi orang yang beriman dengan al-Quran yang dibawanya. Orang yang sifatnya seperti ini tidak bisa memanfaatkan Taurat melainkan hanya kerugian dan tegaknya hujjah atas diri mereka sendiri. Perumpamaan ini persis seperti kondisi mereka “Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu.” Yang menunjukkan atas kebenaran rasul kita dan kebenaran yang dibawanya, “dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim.” Maksudnya, tidak menunjukkan mereka pada maslahat-maslahat mereka selama kezhaliman dan pembangkangan masih lekat sebagai sifat mereka.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Jumu’ah ayat 5 Ketika yahudi meninggalkan amalan yang ada dalam Taurat, dan tidak mengimani Muhammad ﷺ, Allah memisalkan mereka yang bahwasanya dibebani agar beramal dengan Taurat, yang di dalamnya terkandung dari sifat Rasul ﷺ dan dituntut untuk mengimani serta menjadi penolongnya, kemudia mereka tidak mengikuti apa yang sesuai dengan isi dari Taurat; Maka mereka ini semisal dengan keledai yang membawa kitab yang bermanfaat dan banyak, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa kecuali hanya kebosanan dan kerja keras saja, dan permisalan seperti apa lagi yang lebih buruk dari mereka, contohnya Mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang datang dari lisan Rasulullah ﷺ, dan Allah tidak menyetujui dan memberikan petunjuk kepada kaum yang dzalim kepada diri-diri mereka sendiri, dengan kesyirikan, kekufuran, dan mendustakan para Nabi. Dan adapat diambil hikmah dari ayat ini, bahwa sudah semestinya bagi yang membaca Al Qur’an untuk beramal dengan apa yang terkandung padanya, agar supaya tidak memiliki sifat yang buruk sebagaimana yahudi ini.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-Nya kepada umat ini, dimana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi buta huruf dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitab yang menganggap bahwa mereka adalah para ulama rabbani dan para pendeta yang senior, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurat yaitu orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang Nasrani yang Allah bebankan kepada mereka kitab Injil, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal di punggungnya, dimana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitab-kitab itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitab-kitab ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ulama Yahudi yang tidak mengamalkan Taurat, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa Al Qur’an. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan hujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka. Yakni mengamalkannya. Maksudnya, tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam hal tidak bermanfaatnya kitab-kitab itu baginya. Yang menunjukkan kebenaran Rasul kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya. Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zalim dan keras kepala masih melekat pada dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Jumu’ah Ayat 5Allah mengecam manusia yang mendapat karunia-Nya menjadi ahli agama, tetapi tidak mengamalkannya. Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa taurat, menjadi ulama dan bertugas membimbing manusia beragama, kemudian mereka tidak membawanya, tidak mengamalkan agama dan tidak menjadikan dirinya teladan bagi umat adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal, dirinya dibebani oleh pengetahuan agama, tetapi pengetahuan agama itu tidak membawa kebaikan apa pun bagi dirinya. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah yang diwahyukan kepada nabi dan rasul-Nya. Dan Allah tidak akan pernah memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim, yang membiarkan dirinya gelap, padahal mereka memegang lampu. 6. Para pemuka yahudi tidak hanya tidak mengamalkan agamanya, tetapi juga menilai dirinya kekasih Allah, padahal mereka kufur kepada-Nya. Katakanlah, wahai nabi Muhammad kepada para tokoh agama yahudi, 'wahai orang-orang yahudi bani na'ir, bani quraizah dan bani qainuq'! jika kamu mengira dengan penuh keyakinan bahwa kamulah kekasih Allah, karena menjadi bangsa pilihan, bukan orang-orang yang lain, seperti kaum muslim, maka harapkanlah kematianmu, karena kematian membuktikan apakah kamu kekasih Allah atau bukan, jika kamu orang yang benar, dalam pengakuanmu itu. '.Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian berbagai penafsiran dari para ahli ilmu terhadap makna dan arti surat Al-Jumu’ah ayat 5 arab-latin dan artinya, moga-moga berfaidah untuk kita. Sokong syi'ar kami dengan memberikan backlink ke halaman ini atau ke halaman depan Artikel Tersering Dilihat Ada banyak halaman yang tersering dilihat, seperti surat/ayat Al-Baqarah 152, An-Nur 26, Al-Jumu’ah 10, Al-Insyirah 6, Thaha, Al-Jatsiyah. Juga Al-Baqarah 168, An-Nisa 29, Al-Anfal, Ali Imran 110, An-Nisa 146, Al-Ahzab 56. Al-Baqarah 152An-Nur 26Al-Jumu’ah 10Al-Insyirah 6ThahaAl-JatsiyahAl-Baqarah 168An-Nisa 29Al-AnfalAli Imran 110An-Nisa 146Al-Ahzab 56 Pencarian tulisan arab lam yalid walam yulad, bunyi surat al-kautsar ayat ke-3, albaqarah 125, ayat tentang bertaubat, surat al masad latin Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. (Al-Jumu'ah: 9) Yakni tuluskanlah niat kalian, bulatkanlah tekad kalian, serta pentingkanlah oleh kalian untuk pergi guna menunaikan ibadah kepada-Nya.
Sumber Bimas Islam, Kementerian Agama RI. Selengkapnya Jumat 11 Ayat فَاِذَا قُضِيَتِ الصÙَلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللÙٰهِ وَاذْكُرُوا اللÙٰهَ كَØÙÙŠÙ’رًا Ù„ÙَعَلÙَكُمْ تُفْلِحُوْنَ Ù¡Ù 62-10 Apabila salat Jumat telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Tafsir Apabila salat wajib telah dilaksanakan di awal waktu dengan berjamaah di masjid; maka bertebaranlah kamu di bumi, kembali bekerja dan berbisnis; carilah karunia Allah, rezeki yang halal, berkah, dan melimpah dan ingatlah Allah banyak-banyak ketika salat maupun ketika bekerja atau berbisnis agar kamu beruntung, menjadi pribadi yang seimbang, serta sehat mental dan fisik.
\n\n tafsir surat al jumu ah
TafsirQS. Al-Jumu'ah (62) : 8. Oleh Kementrian Agama RI. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang Yahudi sangat takut menghadapi kematian dan berusaha menghindarinya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasulullah agar menyampaikan kepada mereka bahwa kematian pasti datang menemui mereka.. Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang kelihatan Al-Jumu`ah Friday, and the Orders and Etiquette for FridayFriday is called Al-Jumu`ah because it is derived from Al-Jam`, literally, gathering. The people of Islam gather weekly, on every Friday in the major places of worship. It was during Friday when Allah finished the creation, the sixth day, during which Allah created the heavens and earth. During Friday, Allah created Adam, and he was placed in Paradise, and ironically, it was a Friday when he was taken out of Paradise. It will be on a Friday when the Last Hour will commence. There is an hour during Friday, wherein no faithful servant asks Allah for something good, but Allah will give him what he asked for. All of this is based upon Hadiths in the authenic collections. In the ancient language Friday was called, `Arubah. It is a fact that previous nations were informed about Friday, but they were led astray from it. The Jews chose Saturday for their holy day, but Adam was not created on Saturday. The Christians chose Sunday, which is the day the creation was initiated. Allah chose Friday for this Ummah, because it is the day the creation was and Muslim recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said,نَحْنُ الْاخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، ثُمَّ إِنَّ هَذَا يَوْمَهُمُ الَّذِي فَرَضَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَاخْتَلَفُوا فِيهِ فَهَدَانَا اللهُ لَهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ، الْيَهُودُ غَدًا وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ»We are the last to come but the first on the Day of Resurrection, though the former nations were given the Scriptures before us. And this was their day Friday the celebration of which was made compulsory for them, but they differed about it. So, Allah gave us guidance to it, and all other people are coming after us the Jews tomorrow and the Christians the day after tomorrow." This is the wording of Al-Bukhari in another narration of Muslim;أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، فَكَانَ لِلْيَهُودِ يَوْمُ السَّبْتِ، وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الْأَحَدِ، فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ، فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَالْأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَحْنُ الْاخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، وَالْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِيُّ بَيْنَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ»Allah diverted those who were before us from Friday. For the Jews there was Saturday, and for the Christians there was Sunday. Allah then brought us and guided us to Friday. He made them; Friday, Saturday and Sunday, and it is in this order they will come after us on the Day of Resurrection. We are the last of among the people of this world and the first among the created to be judged on the Day of Resurrection.Necessity of the Remembrance of Allah on Friday, by attending the Khutbah and the PrayerAllah commanded the believers to gather to worship Him on Friday,يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْاْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِO you who believe! When the call is proclaimed for the Salah on Al-Jumu`ah Friday, then hasten Fas`aw to the remembrance of Allah meaning, go to it and head for it. The meaning of Sa`y hasten here does not refer to walking quickly. It only refers to the importance of it. `Umar bin Al-Khattab and Ibn Mas`ud - may Allah be pleased with them - recited it; فَامْضُوا إِلَى ذِكْرِ اللهِ "Then proceed to the remembrance of Allah." As for walking in haste to the prayer, that was indeed prohibited, since it was recorded in the Two Sahihs from Abu Hurayrah that the Prophet said,إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةَ وَالْوَقَارَ وَلَا تُسْرِعُوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا»When you hear the Iqamah, proceed to offer the prayer with calmness and solemnity and do not rush. And pray whatever you catch, and complete whatever you have missed. This is the wording with Al-Bukhari. Abu Qatadah said, "While we were praying behind the Messenger of Allah he heard commotion. At the end of the prayer, the Prophet said;مَا شَأْنُكُمْ»What is the matter with you They said, `We hastened to the prayer.' The Prophet said,فَلَا تَفْعَلُوا، إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَامْشُوا وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةَ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا»Don't do that. When you come for prayer, there should be tranquility upon you. Pray what remains of the prayer and complete what you have missed." The Two Sahihs collected this Hadith. Al-Hasan commented, "By Allah! Hastening to the prayer is not accomplished by the feet. Indeed they were prohibited from coming to prayer without tranquility and dignity. Rather it is about the hearts, the intention, and the submission." Qatadah said,فَاسْعَوْاْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ"then hasten to the remembrance of Allah means that you have to hasten to the prayer with your heart and actions, and walk to it." It is recommended for those coming to the Friday prayer to perform Ghusl taking bath before they come. It is collected in the Two Sahihs that `Abdullah bin `Umar said that Allah's Messenger said,إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ»When one of you comes to the Friday prayer, then let him perform bath. The Two Sahihs recorded that Abu Sa`id said that the Messenger of Allah said,غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلى كُلِّ مُحْتَلِمٍ»Ghusl on the day of Jumu`ah is Wajib required from every Muhtalim. Abu Hurayrah narrated that Allah's Messenger said,حَقٌّ لله عَلى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ، يَغْسِلُ رَأْسَهُ وَجَسَدَهُ»It is Allah's right on every Muslim to bathe during every seven days, by washing his head and body. Muslim collected this Hadith. Jabir narrated that Allah's Messenger said,عَلى كُلِّ رَجُلٍ مُسْلِمٍ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ غُسْلُ يَوْمٍ وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ»Within every seven days, every Muslim man has the obligation to perform Ghusl at least one day, the day of Jumu`ah. Ahmad, An-Nasa'i and Ibn Hibban collected this of Jumu`ahImam Ahmad recorded that `Aws bin `Aws Ath-Thaqafi said that he heard Allah's Messenger say,مَنْ غَسَّلَ وَاغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ، وَدَنَا مِنَ الْإِمَامِ وَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا»Whoever performs Ghusl well on the day of Jumu`ah, leaves early, walking not riding, and sits close to the Imam and listens without talking, will earn the reward of fasting and performing standing in prayer for an entire year for every step he takes. This Hadith has various chains of narration, the compilers of the Four Sunan collected it, and At-Tirmidhi graded it Hasan. The Two Sahihs also recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said,مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْأُولَى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ»Any person who takes a bath on Friday like the bath for sexual impurity and then goes for the prayer in the first hour, it is as if he had sacrificed a camel. Whoever goes in the second hour, it is as if he had sacrificed a cow. Whoever goes in the third hour, then it is as if he had sacrificed a horned ram. If one goes in the fourth hour, then it is as if he had sacrificed a hen. Whoever goes in the fifth hour, then it is as if he had offered an egg. When the Imam appears, the angels present themselves to listen to Allah's remembrance. It is recommended that one cleans his body, performs Ghusl, wears his best clothes, applies perfume and uses Siwak tooth stick for Jumu`ah. We mentioned that Abu Sa`id narrated that the Messenger of Allah said,غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلى كُلِّ مُحْتَلِمٍ وَالسِّوَاكُ وَأَنْ يَمَسَّ مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ»Ghusl on the day of Jumu`ah is Wajib required from every Muhtalim and also using Siwak and applying some of his household's perfume. Imam Ahmad recorded that Abu Ayyub Al-Ansari said that he heard the Messenger of Allah say, wمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَمَسَّ مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ ثُمَّ خَرَجَ حَتْى يَأْتِيَ الْمَسْجِدَ فَيَرْكَعَ إِنْ بَدَا لَهُ وَلَمْ يُؤْذِ أَحَدًا، ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ حَتْى يُصَلِّيَ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى»Whoever performs Ghusl on Friday and applies perfume, if he has any, wears his best clothes, then goes to the Masjid and performs voluntary prayer, if he wishes, does not bother anyone, listens when the Imam appears until he starts the prayer. Then all of this will be an expiation for whatever occurs between that Friday and the next Friday. Abu Dawud and Ibn Majah recorded in their Sunans that `Abdullah bin Salam said that he heard the Messenger of Allah say, while on the Minbarمَا عَلَى أَحَدِكُمْ لَوِ اشْتَرَى ثَوْبَيْنِ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَتِهِ»What harm would it cause if one of you bought two garments for the day of Jumu`ah, other than the garment he wears daily `A'ishah said that during a speech he gave on a Friday when he saw people wearing Nimar garments, the Messenger of Allah said,مَا عَلَى أَحَدِكُمْ إِنْ وَجَدَ سَعَةً أَنْ يَتَّخِذَ ثَوْبَيْنِ لِجُمُعَتِهِ سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَتِهِ»When one of you has wealth, he should keep two garments for Friday, other than the two garments he has for his daily wear. Ibn Majah collected this Meaning of the Call in the Ayah is the Adhan that precedes the KhutbahAllah said,إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِWhen the call is proclaimed for the Salah on Friday, referring to the Adhan which was called, during the time of the Prophet , when he came out of his house and sat on the Minbar. The Adhan would be called before the Prophet near the door of the Masjid. As for the earlier Adhan that the Leader of the faithful, `Uthman bin Affan added, it was done because the Muslims increased in number during his time. Al-Bukhari recorded that As-Sa'ib bin Yazid said, "In the lifetime of the Prophet , Abu Bakr and `Umar, the Adhan for the Friday prayer was pronounced while the Imam sat on the pulpit. But during `Uthman's later time when the Muslims increased in number, an additional call was pronouced upon Az-Zawra', meaning the Adhan was called upon the house which was called Az-Zawra"' Az-Zawra' was the tallest house in Al-Madinah near the buying and selling after the Call on Friday, and the Exhortation to seek Provisions after itAllah said,وَذَرُواْ الْبَيْعَand leave off business. means, hastening to the remembrance of Allah and abandoning business, when the call to the Friday prayer is made. Therefore, the scholars of Islam agree, it is prohibited for Muslims to engage in business transactions after the second Adhan. Allah's statement,ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَThat is better for you if you did but know! means, `your abandoning buying and selling, and instead, corcentrating your attention to Allah's remembrance and the prayer are better for you in this life and the Hereafter, if you but knew.' Allah's statement,فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَوةُThen when the Salah is complete, means, when the Friday prayer is finished,فَانتَشِرُواْ فِى الاٌّرْضِ وَابْتَغُواْ مِن فَضْلِ اللَّهِyou may disperse through the land, and seek the bounty of Allah, After Allah forbade Muslims from working after hearing the Adhan and ordered them to gather for the Friday prayer, He allowed them to spread throughout the earth and seek bounty after the prayer is finished. Ibn Abi Hatim recorded that when the Friday prayer finished, `Irak bin Malik would stand by the gate of the Masjid and invoke Allah, saying, "O Allah! I have accepted and complied with Your Call, performed the prayer You ordered and dispersed as You ordered me. Therefore, grant me of Your favor and You are the best of those who grant provisions." Allah's statement,وَاذْكُرُواْ اللَّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَand remember Allah much, that you may be successful. means, while you are buying and selling, giving and taking, remember Allah much and do not let this life busy you from what benefits you in the Hereafter. There is a Hadith that states,مَنْ دَخَلَ سُوقًا مِنَ الْأَسْوَاقِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ»Whoever enters a marketplace and says, "La ilaha illallah, He is alone without partners, His is the sovreignty and His is the praise, and He is Able to do all things." Then Allah will record a thousand-thousand a million good deeds for him and will erase a thousand-thousand evil deeds. Mujahid said, "A servant of Allah will not be among those who remember Allah often, until he does so while standing, sitting and lying down." Surat Al-Jumu'ah Ayat 1 يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini!
Kata الجُمُعَةُ secara Bahasa dibaca dengan dua cara, dengan mendhommahkan huruf mim الجُمُعَةُ dan dengan mensukunkan huruf mim الجُمْعَةُ. Dinamakan الجُمُعَةُ karena لِاجتِمَاعِ النَّاسِ manusia berkumpul untuk berdzikir kepada Allah untuk melaksanakan sholat jum’at[1]. Surah ini dinamakan dengan surat الجُمُعَة karena dalam surat ini dibahas tentang sholat jum’at dan para ulama juga membahas tentang fikih yang berkaitan dengan sholat jum’at dalam tafsir surah jumu’ah ini[2]. Surah Al-Jumu’ah adalah surah Madaniyah karena turun setelah Nabi ﷺ berhijrah. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama [3]. Terdapat pula pendapat dari segelintir ulama yang mengatakan bahwa surah Al-Jumu’ah adalah surah Makkiyah akan tetapi dibantah karena isi surah Al-Jumuah menunjukkan nuansa madaniyah[4], misalnya dalam surah tersebut disebutkan bahwa Nabi ﷺ berkhutbah sholat jum’at yang mana hal tersebut tidak pernah Nabi ﷺ lakukan di pula bahwa sebagian orang pergi meninggalkan Nabi ﷺ ketika sedang berkhutbah. Selain itu dalam surah ini disebutkan pula mengenai orang – orang munafik yang mana mereka belum ada ketika Nabi ﷺ di Makkah mereka baru muncul ketika Nabi ﷺ di kota Madinah. Contoh lain terdapat riwayat dari abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata كُنَّا جُلُوساً عِندَ النّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ حِينَ أُنزِلَت سُورَةُ الجُمُعَةِ “ Kami sedang duduk tatkala turun kepada Nabi ﷺ surah Al-jumuah”[5], Dan kita tahu bahwasanya Abu Hurairah radhiyallahu anhu perowi hadist ini beliau tidak masuk islam kecuali tatkala Nabi ﷺ sudah berhijrah, beliau bergabung bersama Nabi ﷺ setelah perang khoibar atau sekitar tahun 7 hijriyah yang menunjukkan bahwasanya surat Al-Jumu’ah adalah surah madaniyah. Dan ini membantu kita untuk memahami nuansa surah tersebut, karena kalau kita katakan surah tersebut adalah surah Makkiyah kita tahu bahwasanya audience-nya adalah orang-orang kafir Quraisy maka dari itu nuansa surah makkiyah biasanya berkaitan tentang iman kepada hari akhirat, iman kepada Al-qur’an, iman kepada Rasulullah ﷺ . Adapun surah Madaniyah audience-nya adalah para sahabat, sehingga biasanya isi dan nuansanya berkaitan tentang fikih dan masalah yang berkaitan tentang hukum-hukum, sebagaimana nampak pada surah Al-jumuah ini. Hari jum’at adalah hari yang spesial bagi umat islam, hari tersebut adalah اَلْعِيدُ الأُسْبُوعِي yaitu hari raya pekanan. Kita tahu bahwasanya dalam islam terdapat hari raya tahunan yaitu Idul fitri dan Idul adha dan adapula hari raya pekanan yaitu hari jum’at. Dalam Sohih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ “Hari yang terbaik dimana matahari terbit di hari itu adalah hari jum’at, pada hari tersebut Adam diciptakan dan pada hari tersebut beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga, dan tidak akan tegak hari kiamat melainkan pada hari jum’at”[6]. Dalam hadist yang lain Nabi ﷺ نَحْنُ الْآخِرُونَ الْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَنَحْنُ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ، فَاخْتَلَفُوا، فَهَدَانَا اللهُ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا يَوْمُهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ، هَدَانَا اللهُ لَهُ – قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ – فَالْيَوْمَ لَنَا، وَغَدًا لِلْيَهُودِ، وَبَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى “Kita adalah umat terakhir, namun pertama pada hari kiamat. Kitalah yang pertama kali akan masuk surga. Walaupun mereka mendapatkan kitab suci sebelum kita dan kita mendapatkan kitab suci setelah mereka[7], lantas mereka berselisih dan Allah tunjukkan kepada kita kebenaran dalam hal yang mereka perselisihkan. Inilah hari mereka, yang mereka berselisih padanya, Allah telah tunjukkan kepada kita, yaitu hari Jum’at. Maka hari tersebut adalah hari kita, dan esoknya harinya orang-orang yahudi, dan lusa adalah harinya orang-orang nasrani”[8]. Ini adalah Muqoddimah tafsir surah Al-Jumuah, dan kita tahu bahwasanya hari jum’at adalah hari raya kaum muslimin tidak sama dengan hari raya umat-umat lain. kaum muslimin meskipun hari raya, pasti terdapat ibadahnya. Karenanya Idul Fitri dibuka dengan sholat begitu pula idul Idul Adha dibuka juga dengan sholat dan hari jum’at juga terdapat sholat jum’at, sehingga hari raya bukan sekedar hari untuk bersenang-senang akan tetapi masih terkontrol dan ingat Allah ﷻ, berbeda dengan hari raya umat lain dimana mereka berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang dan tidak mengingat tuhan mereka kecuali hanya sedikit. Surat ini dibuka dengan firman Allah ﷻ يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”. QS-AL-Jumu’ah ; 1 Kata يُسَبِّحُ disini dalam bahasa arab datang dengan fi’il mudhori’ kata kerja yang menunjukkan arti sedang atau akan. Surah yang diawali dengan kata yang mengandung makna tasbih dalam Al-Qur’an dinamakan oleh para ulama dengan اَلْمُسَبِّحَات “Al-Musabbihat”[9]. Al-Musabbihat dalam Al-Qur’an jumlahnya ada lima, ada yang dibuka dengan Fi’il Madhi kata kerja bentuk lampau seperti dalam surah Al-Hadid, Al-Hasyr dan As-Shaff ada juga yang dibuka dengan Fi’il mudhori’ seperti surah Al-Jumu’ah dan surah At-Taghaabun. Demikian juga ada 2 surat yang lain yang mirip dengan musabbihaat hanya saja tidak dibukan dengan Fiíl, yaitu yang pertama surah Al-Israa’ yang dibuka dengan mashdar asal kata, dan yang kedua surah Al-A’la yang dibuka dengan fi’il Amr kata kerja bentuk perintah. Adapun Fi’il Mudhori’ mengandung makna berkesinambungan[10], dimana dalam firman Allah ﷻ يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ Maknanya “ Sedang bertasbih kepada Allah semua yang ada dilangit dan di bumi”. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِه وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّه كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun”. QS Al-Israa’ ; 44 التَسْبِيحُ artinya adalah التَنْزِيهُ yaitu mensucikan Allah[11]ﷻ, sebagian ulama mengatakan التَسْبِيحُ artinya الإِبعَادُ yaitu menjauhkan Allah dari semua yang buruk[12], sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin dari kalangan nasrani ketika mengatakan Allah memiliki anak laki-laki yaitu Nabi Isa dan keyakinan yahudi Allah memiliki anak laki-laki yang bernama Uzair dan keyakinan orang-orang musyrikin bahwa Allah memiliki anak perempuan seperti malaikat atau sesembahan mereka seperti Laata, Uzza dan Manaath disebut juga sebagai putri-putri Allah ﷻ, atau perkataan mereka bahwasanya Allah beristirahat pada hari sabtu atau sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci mereka bahwasanya Allah menyesal atau sedih misalnya, ini semua tidak pantas bagi Allah ﷻ. Maka Allah ﷻ ajarkan kepada kita untuk men-tasbih Allah dari berbagai hal yang merupakan cercaan, celaan dan kekurangan bagi Allah ﷻ karena Allah ﷻ Maha sempurna dalam segala hal. Firman Allah ﷻ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ “Maharaja, Mahasuci, Mahaperkasa, Mahabijaksana” Ini semua adalah sifat-sifat Allah yang mana masing-masing memiliki makna yang indah. الْمَلِكِ Sang raja atau Sang penguasa yang menguasai alam semesta, إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعمَةَ لَكَ وَالمُلكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ “Sesungguhnya segala pujian segala kenikmatan dan segala kerajaan hanya milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu”[13]. Pada hari kiamat kelak Allah akan bertanya, “أَنَا المَلِكُ أَينَ مُلُوكُ الأَرضِ” “Akulah Raja, dimanakah raja-raja dunia?”[14] semua raja-raja dunia pada hari kiamat kelak tidak berdaya, tidak memiliki kekuasaan. Kata Allah ﷻ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۗ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ “Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan. QS Ghafir ; 16 Kemudian الْقُدُّوْسِyaitu yang Maha suci sama maknanya dengan yang penulis jelaskan tentang tasbih, adapun الْعَزِيْزِ maknanya Maha perkasa. الْحَكِيْمِ maknanya dua bisa ذُو الحِكمَةِ Yang memiliki hikmah karena setiap yang Allah kerjakan pasti ada hikmahnya apa yang Allah taqdirkan pasti ada hikmahnya, tidak mungkin Allah melakukan sesuatu dengan sia-sia bahkan Allah menciptakan iblispun ada hikmahnya kalau penciptaan iblis ada hikmahnya lantas bagaimana dengan yang selainnya?. Makna yang kedua ذُو الحُكْمِ Yang memiliki hukum, Allah lah yang memiliki hukum dan hanya hukum Allah lah yang berlaku di alam semesta ini, ada hukum kauny dan ada hukum syar’i[15]. Setelah Allah memuji dirinya Allah ﷻ diawal surah Al-Jumu’ah lalu Allah ﷻ menyebutkan nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada orang-orang arab dan juga orang ajam non arab dengan diutusnya seorang Rasul yang sangat mulia. Allah ﷻ berfirman هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِي الْاُمِّيّنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِه وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ “Dialah yang mengutus kepada orang-orang arab seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah Sunnah, meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. QS Al-Jumu’ah ; 2 اَلْأُمِّيِينَ adalah orang-orang arab, kalau diartikan dalam terjemahan Al-Qur’an kita adalah orang-orang yang buta huruf[16]. Kenapa disebut buta huruf karena Nabi ﷺ pernah menyebutkan إنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ “kami adalah umat yang Ummy yang tidak menulis dan tidak berhitung”[17]. Penisbatan kepada kata الأُم yang artinya Ibu dikarenakan ketika lahir dari perut ibu seseorang tidak bisa membaca dan menulis[18], ada juga pendapat yang mengatakan bahwasanya ummy adalah orang-orang arab terdahulu sebelum datangnya ilmu mereka tidak bisa baca dan tulis, maka penyebutan اَلْأُمِّيِينَ disini secara umum kembali kepada orang-orang Arab karena mereka yang disebut sebagai أُمَّةٌ أُمِّيَّة [19] , karena dizaman tersebut orang orang Persia dan Romawi mereka sudah pandai membaca yaitu zaman ketika Nabi ﷺ diutus kepada orang-orang Arab. Tentu dikalangan orang-orang terdapat orang-orang yang pandai baca tulis akan tetapi secara umum mereka tidak bisa baca tulis karena mereka adalah umat yang bersandar kepada hafalan, mereka belajar dengan melihat menghafal dsb. Allah utus Nabi Muhammad ﷺ dari mereka bukan dari kaum yang lain, disini Allah sedang menyebut nikmat – nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang Arab tatkala itu. Utusan Allah tersebut membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menunjukkan bahwasanya diantara tujuan para Rasul diutus adalah untuk membacakan ayat-ayat Allah ﷻ dan untuk mensucikan mereka dari kesyririkan dari kerusakan akhlaq dan yang lainnya. Sebagaimana dalam hadist, Nabi ﷺ diutus tatkala manusia benar-benar di dalam kegelapan, kata Nabi ﷺ وإِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ، إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ “Sesungguhnya Allah melihat kepada penduduk bumi kemudian murka kepada mereka, baik Arab atau non Arab, kecuali seglintir ahli kitab yang tersisa”[20]. Zaman tersebut adalah zaman ketika Nabi ﷺ akan diutus, zaman tersebut penuh dengan kegelapan baik di Arab apalagi diluar Arab di Romawi di India dan di persia semua dalam kerusakan bahkan di dalam puncak kerusakan. Manusia benar-benar didalam kegelapan maka Allah berikan cahaya kepada mereka dengan diutusnya Nabi ﷺ. Oleh karena itu diantara fungsi diutusnya Nabi ﷺ adalah mensucikan mereka dari segala kerusakan, baik Aqidah maupun moral. Kita bisa dapati dalam siroh sejarah bagaimana rusaknya moral orang-orang Arab tatkala itu sampai-sampai khomr menjadi minuman kebanggaan mereka. Kalau kita lihat ada sebuah buku yang namanya Abyat khomriyah yang berisi syair-syair tentang khomr banyak sekali, karena dahulu mereka menganggap orang yang suka minum khomr adalah orang yang berhasil, sehingga mereka bangga ketika mampu membuat syair tentang khomr, disitu mereka sebutkan tentang khomrnya warna khomrnya tentang cawannya tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan khomr. Bahkan ada yang bangga bisa bangkrut gara-gara minum khomr yang mana menunjukkan betapa rusaknya manusia pada waktu itu. Diantara tugas Rasul ﷺ juga adalah mengajarkan Al-Kitab yaitu Al-Qur’an dan Al-Hikmah yaitu Assunnah kepada umatnya dimana waktu itu mereka berada didalam kesesatan yang nyata. وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ “Dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka orang-orang Arab. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”. QS Al-Jumu’ah ; 3 Ayat ini adalah dalil bahwasanya Rasulullah ﷺ diutus bukan untuk orang Arab saja, akan tetapi untuk semua manusia karena makna الأُمِّيِينَ pada ayat sebelumya adalah orang-orang arab sebagaimana telah dijelaskan sementara dalam ayat ini disebut اٰخَرِيْنَ, yaitu Nabi juga diutus untuk non Arab. Dalam sohih Bukhori dan muslim dari hadist Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْجُمُعَةِ فَلَمَّا قَرَأَ وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ قَالَ رَجُلٌ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يُرَاجِعْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى سَأَلَهُ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ وَفِينَا سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ قَالَ فَوَضَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ قَالَ لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ مِنْ هَؤُلَاءِ. “Kami sedang duduk bersama Nabi ﷺ tiba-tiba turun surat Al-Jumu’ah, maka ketika beliau sampai pada ayat وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ “Dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka”, seseorang berkata “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” akan tetapi Nabi ﷺ tidak menjawabnya, sampai beliau ditanya dua atau tiga kali. Diantara kami ada Salman Al-Farisi”. Beliau kembali berkata, “ Maka Nabi ﷺ meletakkan tangan beliau diatas tangan Salman kemudian bersabda “ Kalau saja iman berada di bintang Tsuroyya niscaya akan mampu digapai oleh orang-orang dari mereka Persia”[21] Disini Nabi ﷺ memberikan penjelasan kepada para sahabatnya bahwa maksud وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ adalah orang-orang selain Arab contoh nyatanya adalah Salman Al-Farisi yang waktu itu berada di tengah-tengah para sahabat dan beliau adalah orang Persia. Ini dalil bahwasanya Islam tidak hanya untuk orang-orang Arab tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan untuk jin juga, Allah ﷻ berfirman وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ “Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. QS Al-Anbiya’ ; 107 قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ۨ “Katakanlah Muhammad, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua”. QS Al-A’raf ; 158 Dalam hadist riwayat Jabir bin Abdillah disebutkan, أعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِي المَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً ” “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka dimana saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan pula untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku juga diberikan hak syafa’at, dan para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia”[22]. Ini adalah dalil bahwasanya Agama yang Nabi ﷺ bawa bersifat universal, bukan agama orang Arab saja. Kita tahu bahwasanya semenjak awal islam sudah ada orang non Arab yang masuk islam diantaranya Bilal bin Robah dari Habasyah. Pada tahun 9 H Nabi ﷺ juga pernah mengirim surat kepada raja-raja, diantaranya raja Romawi Hiraklius dan raja Persia Kisro. Nabi ﷺ juga mengirim surat kepada raja Mesir Muqouqis agar mereka semua masuk Islam yang menunjukkan bahwasanya islam adalah agama yang universal. ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ “Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar”. QS Al-Jumu’ah ; 4 Ini adalah dalil bahwasanya Allah ﷻ memuliakan bangsa Arab dimana Allah ﷻ mengkaruniakan mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, maka ini adalah nikmat bagi bangsa Arab secara khusus dan nikmat bagi umat manusia secara umum. Dan orang- orang yang tidak beriman adalah orang yang tidak mendapatkan karunia dari Allah ﷻ. Kemudian Allah ﷻ menceritakan mengenai orang-orang yahudi, مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. QS Al-jumu’ah ; 5 Allah sebutkan perumpamaan tentang orang yahudi karena mereka tidak beriman kepada Nabi ﷺ. Disebutkan dalam sebagian buku tafsir tatkala Rasulullah ﷺ berdakwah maka orang-orang yahudi Madinah mengirim surat kepada orang-orang yahudi khoibar bertanya tentang Muhammad ﷺ, mereka berkata, “Jika kalian mengikutinya kami akan ikut, jika kalian menyelisihinya kami akan ikut pula” إِنِ اتَّبَعْتُمُوهُ أَطَعْنَاكُمْ، وَإِنْ خَالَفْتُمُوهُ خَالَفْنَاهُ، فَقَالُوا لَهُمْ نَحْنُ أَبْنَاءُ خَلِيلِ الرَّحْمَنِ، وَمِنَّا عُزَيْرٌ بن اللَّهِ وَالْأَنْبِيَاءُ، وَمَتَّى كَانْتِ النُّبُوَّةُ فِي الْعَرَبِ نَحْنُ أَحَقُّ بِهَا مِنْ مُحَمَّدٍ، وَلَا سَبِيلَ إِلَى اتِّبَاعِهِ Maka orang-orang yahudi Khoibar menjawab, “Kita adalah anak keturunannya Ibrahim kholilurrahman. Uzair anak Allah serta seluruh Nabi-nabi berasal dari golongan kita, maka sejak kapan ada nabi dari Arab? Kita lebih berhak dengan kenabian dari pada Muhammad, tidak ada jalan untuk mengikutinya!”[23]. Terdapat pula kisah yang sangat masyhur bahwasanya ketika Nabi ﷺ berhijrah dari Makkah ke Madinah tatkala sampai di Quba’ berangkatlah Huyyai bin Akhtob bapak dari Shofiyah dan saudaranya Abu Yasir bin Akhtob pamannya Shofiyah, mereka berdua bersemangat berangkat pagi-pagi pergi ke Quba’ untuk memastikan Muhammad ﷺ apakah dia Nabi sebagaimana yang dijelaskan dalam Taurat dan Injil? maka pulanglah mereka berdua pada sore harinya dalam keadaan letih lemah dan lesu. Pamannya Shofiyah ِ Abu Yasir bin Akhtob bertanya kepada saudaranya Huyyai bin Akhtob, “Apakah Muhammad itu adalah nabi sebagaimana yang disebutkan didalam Taurat?” kata Huyyai bin Akhtob, “Demi Allah dia adalah Nabi sebagaimana engkau tahu ciri-ciri dan sifatnya”, “lantas bagaimana engkau menyikapinya?” tanya pamannya shofiyah, kata Huyyai bin Akhtob عَدَاوَتُهُ وَاللهِ مَا بَقِيتُ!” ” “Demi Allah aku akan terus memusuhinya seumur hidupku!”[24]. Mereka tahu bahwasanya Muhammad ﷺ adalah Nabi yang diutus oleh Allah ﷻ. Oleh karenannya Allah mencela mereka dengan mengatakan اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَه كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab Taurat dan Injil mengenalnya Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri”. QS Al-Baqoroh ; 146. Allah menjelaskan pengenalan orang Yahudi terhadap Nabi ﷺ seperti mengenal anak mereka sendiri artinya mereka tahu tentang Nabi yang akan diustus secara mendetail, sebagaimana mereka tahu anak mereka secara mendetail bagaimana sifatnya, fisiknya, tempat mainnya, berteman dengan siapa saja. Oleh karenanya diantara sebab orang yahudi tinggal di Madinah karena mereka tahu Nabi terakhir akan berhijrah di kota Madinah, akan tetapi فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِه ۖ “Ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya”. QS Al-Baqoroh ; 89. Atas dasar inilah mereka disamakan dengan keledai karena mereka tidak mengamalkan isi Taurat. Mereka disamakan dengan keledai yang sedang memikul buku yang tidak tahu apa yang dia pukul. Ini adalah celaan dari Allah ﷻ yang mana seharusnya mereka tahu bahwa Muhammad ﷺ tidak diutus hanya untuk orang Arab saja bahkan diutus pula untuk mereka dan hal tersebut mereka ketahui termaktub dalam Taurat, akan tetapi mereka menutup mata atas kebenaran, sehingga mereka disamakan seperti keledai yang sedang memikul buku-buku. Bahkan sebagian ulama mengatakan mereka lebih buruk dari pada keledai seperti dalam firman Allah إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا “Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya”. QS Al-Furqon ; 44 Dikatakan lebih sesat karena orang yahudi memiliki pemahaman dan akal berbeda dengan keledai yang tidak punya akal dan tidak bisa membaca. Ini adalah perumpamaan yang sangat buruk yang Allah ﷻ berikan kepada orang – orang yahudi. Inilah kaitanya kenapa tiba-tiba Allah membahas tentang orang yahudi, dikarenakan setelah Allah menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ adalah nikmat bagi orang-orang Arab dan kepada seluruh umat manusia termasuk didalamnya orang-orang yahudi tapi mereka tidak mau beriman, mereka menganggap bahwa Nabi shallallahu álaihi wasallam yang berasal dari bangsa Arab tidak pantas untuk mereka imani. Semua itu karena sifat hasad yang ada pada diri mereka. Selanjutnya Allah berfirman قُلْ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْٓا اِنْ زَعَمْتُمْ اَنَّكُمْ اَوْلِيَاۤءُ لِلّٰهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Katakanlah Muhammad, “Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” QS Al-Jumu’ah ; 6 Setelah Allah memperumpamakan mereka dengan keledai, Allah perintahkan Nabi ﷺ untuk membantah mereka karena anggapan mereka bahwasanya mereka adalah الشَعْبُ المُخْتَارُ yaitu suku pilihan Allah ﷻ. Mereka mengangap bahwa mereka adalah yang terbaik. Mereka mengatakan ” نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُه ۗ” sebagaimana yang difirmankan Allah وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُه ۗ Orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” QS Al-Maidah ; 18 Bahkan mereka menganggap bahwasanya kalau mereka mati pasti akan masuk surga, sebagaimana firman Allah ﷻ قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Katakanlah Muhammad, “Jika negeri akhirat di sisi Allah, khusus untukmu saja bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian jika kamu orang yang benar.” QS Al-Baqoroh ; 94 Atas dasar ini mereka menganggap diri mereka spesial sehingga mereka tidak mau beriman kepada seorang Nabi berbabangsa Arab. Seandainya Muhammad ﷺ adalah seorang yahudi niscaya mereka langsung beriman. Mereka beranggapan bahwa konsekuensi dari umat terbaik dan suku terpilih melarang mereka untuk beriman dengan suku yang derajatnya lebih rendah dari mereka. Dari sini kita tahu bahwasanya manusia paling sombong di alam semesta adalah orang yahudi. Mereka menganggap bahwasanya semua makhluk yang diciptakan oleh Allah ﷻ adalah untuk melayani mereka. Kedudukan manusia lain bagi mereka bagaikan hewan akan tetapi diciptakan dalam bentuk manusia supaya bisa melayani orang-orang yahudi, ini adalah keyakinan mereka. Sehingga tidak ada halal dan haram antara yahudi dan non yahudi. Antara yahudi dan non yahudi tidak ada hukum dan peraturan yang berlaku. Bahkan asalnya semua harta yang ada di selain yahudi adalah milik yahudi boleh diambil dengan cara apapun dan semua ini tertulis dalam keyakinan mereka[25]. Maka Allah perintahkan Nabi-Nya ﷺ untuk membantah keyakinan mereka itu قُلْ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْٓا اِنْ زَعَمْتُمْ اَنَّكُمْ اَوْلِيَاۤءُ لِلّٰهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Katakanlah Muhammad, “Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” Ini adalah bantahan yang telak. Seandainya kita tahu bahwa jika kita mati pasti masuk surga maka untuk apa hidup setengah mati menanggung beban kehidupan? Maka tantangan yang mudah diberikan kepada mereka untuk minta mati namun tidak ada dari mereka yang berbuat demikian sebagaimana dalam firman selanjutnya, وَلَا يَتَمَنَّوْنَه اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِالظّٰلِمِيْنَ Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. QS Al-Jumu’ah ; 7 Mereka sadar bahwasanya mereka hina disisi Allah ﷻ sehingga mereka tidak berani untuk minta mati . Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi ﷺ ketika turun ayat ini beliau bersabda وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَمَنَّوُا الْمَوْتَ مَا بَقِيَ عَلَى ظَهْرِهَا يَهُودِيٌّ إِلَّا مَاتَ “Demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya jikalau mereka benar-benar mengharapkan kematian tidak ada yang tersisa di muka bumi seorang yahudi-pun melainkan akan mati”[26]. Akan tetapi mereka tahu bahwasanya ancaman Muhammad ﷺ adalah benar adanya dan mereka tahu nubuwat Muhammad ﷺ sehingga mereka tidak berani meminta kematian. Bahkan kenyataan yang ada pengakuan mereka tidak sejalan dengan prakteknya mereka adalah orang yang paling takut mati, sebagaimana disebutkan oleh Allah ﷻ وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِه مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ “Dan sungguh, engkau Muhammad akan mendapati mereka orang-orang Yahudi, manusia yang paling tamak akan kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. QS Al-Baqoroh ; 96 Selanjutnya Allah berfirman قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّه مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS Al-Jumu’ah ; 8 Dalam firman Allah ﷻ فَاِنَّه مُلٰقِيْكُمْ “maka ia kematian akan menemuimu” secara susunan kalimat seakan-akan kurang pas apabila dikatakan “Sesungguhnya….maka” karena tidaklah dikatakan “maka” yang berfungsi sebagai jawaban suatu syarat kecuali didahului oleh kata “jika”, akan tetapi disini kita tidak dapati kata “jika” dan ini adalah salah satu uslub metode dalam bahasa Arab. Sebagian ulama menjelaskan bahwa maksudnya adalah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya jika kamu lari maka ia pasti menemui kamu”[27]. Sejauh apapun kita berlari dari kematian pasti kematian akan menjumpai kita sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ﷻ اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. QS An-Nisa ; 78. Siapa yang bisa menghindar dari kematian? Entah itu raja, presiden, jendral yang memiliki ribuan anak buah, meskipun ahli karate, ahli senjata ahli apapun itu jikalau kematian datang maka tidak akan ada yang mampu menghindar. Tidak sampai disini, ketika kematian menghampiri seseorang maka setelahnya ia akan dikembalikan kepada Allah ﷻ, oleh karena itu janganlah dikatakan bahwa kematian adalah peristirahatan terakhir. Bisa jadi kematian adalah awal dari siksaan, dan sebaliknya bisa jadi kematian adalah awal dari kenikmatan yang abadi. Setelah itu Allah ﷻ akan kabarkan kepada orang yang telah mati tentang seluruh amal yang pernah ia kerjakan di dunia. Sampai disini Allah ﷻ menyelesaikan pembahasan tentang orang-orang yahudi. Selanjutnya Allah berfirman tentang shalat jumát يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. QS Al-Jumu’ah ; 9 Korelasi antara ayat ini dengan ayat sebelumnya sebagaimana dijelaskan oleh para ulama bahwasanya orang yahudi mereka pasti akan mati meskipun mereka berusaha selamat dari kematian, pasti mereka akan mati dan setelah mati mereka akan binasa, oleh sebab itu janganlah kalian wahai para orang-orang yang beriman berperilaku seperti mereka semangatlah kalian dalam beribadah persiapkanlah diri kalian bertemu dengan negri akhirat, kalau diserukan untuk sholat jum’at maka bersegeralah menuju sholat jum’at[28]. Terdapat beberapa permasalahan fikih yang disebutkan oleh para ulama dalam ayat ini, misalnya sholat jum’at hanya wajib bagi yang mendengar seruan adzan jum’at[29]. Dalam hal ini di zaman dahulu ada yang berpendapat bahwasanya barang siapa yang tinggal jauh dari masjid sejauh 3 mil atau sekitar 5 km maka tidak wajib sholat jum’at karena waktu itu jarak paling jauh untuk adzan bisa didengar sekitar 5 km. Maka di zaman itu orang yang tinggalnya jauh tidak ada kewajiban atasnya untuk melaksanakan sholat jum’at. Hal ini bisa berlaku juga misalnya ketika ada seseorang yang tinggal di negara kafir dan tidak mendapati masjid melainkan berjarak jauh misal harus berjalan sekitar 20 km maka tidak wajib hukumnya melaksanakan sholat jum’at karena sholat jum’at hanya wajib bagi yang mendengar adzan. Namun jika berkeinginan untuk menunaikan sholat jum’at tersebut maka tidak mengapa akan tetapi hukumnya tidak wajib atasnya. Firman Allah ﷻ فاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ “maka bergegaslah untuk mengingat Allah sholat jum’at” dan kata السَّعْيُ pada ayat ini tidak bermakna lari akan tetapi maksudnya adalah bergegas dengan tetap tenang untuk segera melaksanakan sholat jum’at jangan sampai terlambat[30]. Dan kata ذِكْرِ اللّٰهِ ada yang berpendapat bahwa maknanya adalah khutbah jum’at[31]. Firman Allah ﷻ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ “Dan tinggalkanlah jual beli” menjelaskan bahwasanya ketika sudah dikumandangkan adzan adzan kedua bagi yang memilih pendapat dikumandangkan adzan jum’at dua kali untuk sholat jum’at maka hendaknya segera meninggalkan jual beli. Jika masih melakukan transaksi jual beli maka hukumnya haram dan apakah transaksi tersebut sah atau tidak? ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang mengatakan sah meskipun berdosa dan adapula yang mengatakan tidak sah karena Allah ﷻ melarang jual beli tatkala dikumandangkan adzan jum’at[32]. Adapun orang yang tidak berkewajiban untuk menunaikan sholat jum’at seperti musafir, wanita, orang sakit atau budak maka boleh untuk melakukan jual beli. فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. QS Al-Jumu’ah ; 10 Ayat ini menjelaskan bahwasanya tatkala sholat jum’at sudah selesai berarti kewajiban sudah selesai dan masih banyak waktu setelahnya untuk mencari karunia Allah yang berupa rizqi. Namun ditengah kesibukan tersebut kita diminta untuk senantiasa banyak mengingat Allah. Meskipun seseorang sedang berdagang misalnya maka jangan sampai melupakan dzikir petang, ketika datang waktu sholat ashar maka hendaknya dia segera tunaikan, ketika tiba waktunya untuk membaca Al-Qur’an maka hendaknya dia membaca Al-Qur’an setelah itu tidak mengapa untuk sibuk berdagang. Dalam sebuah hadist disebutkan وَرَجُلٌ قَلبُهُ مُعَلَّقٌ باِلمسَاجِد yaitu “Seorang lelaki yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid”[33], artinya dia sedang tidak ada di masjid, dia sedang ada kesibukan namun hatinya senantiasa merindukan masjid, rindu kapan dikumandangkan adzan agar bisa pergi ke masjid. وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ࣖ Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhotbah. Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik. QS Al-Jumu’ah ; 11 Disebutkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu [34] bahwasanya tatkala itu Nabi ﷺ pernah berkhutbah di kota Madinah yang pada waktu itu sedang dilanda kelaparan dan kenaikan harga. Tiba-tiba datanglah Dihyah Al-kalbi dari Syam dengan membawa gandum dan barang-barang yang dibutuhkan penduduk Madinah maka orang-orangpun meninggalkan Nabi ﷺ yang sedang berkhutbah dan berbondong-bondong menuju kafilah dagang tersebut. Hanya sedikit saja yang tersisa. Para ulama berbeda pendapat mengenai berapa jumlah orang yang tersisa, ada yang mengatakan 12 orang ada yang mengatakan 13 orang dan ada juga yang mengatakan 40 orang. Dalam riwayat yang mursal disebutkan bahwa diantara 12 orang tersebut ada العَشرَةُ المُبَشَّرِينَ باِلجَنَّةِ “Sepuluh orang yang dikabarkan akan masuk surga” yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah Al-Jarrah, dan Thalhah bin Ubaidillah kemudian Bilal dan Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhum[35]. Firman Allah ﷻ وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ “dan mereka meninggalkanmu ketika sedang berdiri berkhutbah”. Ini adalah dalil bahwasanya khutbah harus berdiri, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwasanya khutbah tidak sah apabila dilakukan dengan duduk karena Nabi ﷺ berkhutbah dengan berdiri[36]. Firman Allah ﷻ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَࣖ “Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik. ini adalah teguran Allah ﷻ atas kesalahan yang dilakukan oleh sebagian sahabat Nabi ﷺ . Di penghujung pembahasan surah ini penulis menyampaikan beberapa hukum terkait sholat jum’at, diantaranya Sholat jum’at tidak wajib bagi musafir, orang sakit, budak dan wanita, akan tetapi jika mereka berkeinginan untuk menunaikan sholat jum’at maka sholatnya sah. Misalkan ada seorang wanita yang mengikuti sholat jum’at maka sholatnya sah dan tidak perlu melakukan sholat dzuhur lagi[37]. Asalnya panggilan adzan untuk sholat jum’at hanya sekali. Adzan 2 kali terjadi di zaman Ustman radhiyallahu anhu ketika jumlah penduduk semakin banyak dan Utsman khawatir orang-orang terlambat menunaikan sholat jum’at terlebih lagi zaman itu belum ada jam sehingga mereka sibuk berdagang dan lalai untuk menentukan kapan waktunya sholat jum’at. Beliau khawatir apabila adzan jum’at sudah dikumandangkan mereka baru bersiap-siap akhirnya mereka datang terlambat dan tidak mendengarkan khutbah jum’at. Oleh karenanya dahulu Ustman bin Affan radhiyallahu anhu pernah mengutus orang untuk adzan di pasar Zauro’ untuk mengingatkan orang-orang pasar supaya datang sholat jum’at[38]. Sebagian ulama mengatakan kenapa Utsman melakukan demikian karena beliau sendiri pernah terlambat, dalam hadist riwayat muslim disebutkan, عن سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، بَيْنَا هُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَادَاهُ عُمَرُ أَيَّةُ سَاعَةٍ هَذِهِ؟» فَقَالَ إِنِّي شُغِلْتُ الْيَوْمَ، فَلَمْ أَنْقَلِبْ إِلَى أَهْلِي حَتَّى سَمِعْتُ النِّدَاءَ، فَلَمْ أَزِدْ عَلَى أَنْ تَوَضَّأْتُ، قَالَ عُمَرُ وَالْوُضُوءَ أَيْضًا، وَقَدْ عَلِمْتَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ بِالْغُسْلِ» Bahwasanya ketika Umar bin Khattab sedang berkhutbah jum’at, datang seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah ﷺdalam lafadz lain disebutkan bahwa beliau adalah Ustman bin Affan [39], Umar pun langsung memanggilnya seraya berkata, “Waktu apakah ini?” orang tersebut menjawab, “Sesungguhnya hari ini aku sibuk dan tidak pulang ke rumah melainkan setelah mendengar panggilan azan, dan aku hanya berwudhu saja”, Umar berkata, “Cuma wudhu saja? dan engkau tahu bahwasanya Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk mandi”[40]. Boleh jadi peristiwa ini yang mengakibatkan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu tidak ingin terlambat lagi dan tidak ingin orang-orang terlambat sebagaimana yang beliau alami sehingga beliau memutuskan untuk melakukan azan pertama yang jaraknya cukup jauh dan dilakukan di pasar-pasar untuk mengingatkan agar orang-orang bisa persiapan shalat jumát. Mengenai adzar jumat dua kali maka para ulama berbeda pendapat apakah dianjurkan kembali lagi ke zaman Nabi ﷺ yang mana azan hanya sekali saja ataukah azan dua kali -sebagaimana yang dilakukan Utsman- ?. Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini adalah jikalau memang diperlukan azan dua kali misalnya karena khawatir ada yang lalai atau lupa maka tidak mengapa untuk dilakukan sebagaimana yang dipraktekan di masjid Nabawi dan masjidil Harom, bahwasanya setengah jam sebelum adzan kedua ada adzan pertama, terlebih lagi di sekitar masjid Nabawi dan masjidil Harom terdapat banyak pasar sehingga begitu dikumandangkan azan pertama mereka sudah bersiap-siap menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat jum’at dengan baik. Apakah ada sholat qobliyah jum’at? Jawabanya adalah tidak ada, yang ada namanya sholat intidzor karena sholat qobliyah tidak bisa dibayangkan terjadi di zaman Nabi ﷺ, karena azan di zaman beliau hanya satu kali begitu beliau duduk di atas mimbar seketika itu langsung dikumandangkan azan, maka kapankah waktu untuk mengerjakan sholat qobliyah? Bukankah sholat qobliyah dikerjakan setelah masuk waktu?. Karenanya tidak boleh seseorang sholat qobliyah dzuhur kecuali setelah azan dzuhur dan tidak boleh seorang sholat qobliyah subuh kecuali setelah azan subuh. Maka tatkala azan jum’at selesai dikumandangkan tidak mungkin orang melakukan sholat qobliyah karena begitu azan selesai Nabi ﷺ langsung berkhutbah. Adapun sholat intidzor maka disyariatkan[41] yaitu sholatnya seseorang ketika telah datang ke masjid kapanpun waktunya dia sholat sampai khotib datang, bahkan menurut pendapat yang rojih tetap boleh dikerjakan meskipun diwaktu terlarang, misalnya waktu terlarang sekitar tujuh menit sebelum azan dzuhur maka boleh baginya untuk tetap mengerjakan sholat terus menerus sampai khotib datang[42]. Apabila ada seseorang datang kemasjid kemudian mendapati azan sedang dikumandangkan maka sebaiknya dia langsung mengerjakan sholat tahiyatul masjid dan tidak menunggu azan selesai dikumandangkan, karena wajib bagi dia untuk mendengarkan khutbah dan tidak wajib hukumnya menjawab azan[43]. Jika dia menjawab azan terlebih dahulu kemudian sholat saat imam sedang berkhutbah maka orang tersebut telah keliru. Kalaupun jika ada seseorang datang terlambat dan khutbah jum’at sedang berlangsung maka sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi ﷺ hendaknya dia sholat dengan meringankan sholatnya[44], misalnya dengan membaca surat pendek setelah membaca Al-fatihah atau dengan tidak membaca surat sama sekali setelah Al-fatihah, kemudian hendaknya dia tidak memperlama sholatnya karena dapat menggangu konsentrasi khotib, selain itu dia diwajibkan untuk mendengarkan khutbah maka tetap sholat tahiyyatul masjid akan tetapi tidak berlama-lama dalam mengerjakannya hendaknya ia bersegera menyelesaikan sholatnya kemudian fokus mendengarkan khutbah jum’at. _____________________________________________________________________ [1] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/97. [2] At-Tahrir wat Tanwir 28/205. [3] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/91. [4] Tafsir As-Sam’aany 5/430, Tafsir Al-Bahrul Muhith karya Abu Hayyan Al-Andalusy 10/171. [5] HR. Muslim [6] no. 1411 [7] Dalam hal ini Ibnu Rajab Al-Hanbaly rohimahullah menjelaskan bahwasanya umat terdahulu dari kalangan yahudi dan nasrani mereka juga diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk mengagungkan hari jum’at dan menjadikan hari tersebut sebagai hari id mereka, akan tetapi mereka berselisih, orang – orang yahudi memilih hari sabtu mereka mengatakan bahwa penciptaan selesai pada hari sabtu, adapun orang-orang nasrani mereka memilih hari ahad karena hari tersebut adalah awal dimulainya penciptaan Fathul Bary karya Ibnu Rajab 8/72. [8] no. 855. [9] Tafsir Al-Qurthuby 17/235. [10] Lihat Tafsir At-Tahrir wat Tanwir 28/206. [11] Tafsir Al-Qurthuby 18/244. [12] Lihat Tafsif Adwaaul Bayan karya Muhammad Al-Amin As-Syinqithy 7/538. [13] [14] [15] Lihat Tafsir Al-Utsaimin 1/122. [16] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/91. [17] HR. Bukhori [18] Tafsir Adhwaaul Bayan 8/115. [19] Tafsir At-Thobary 23/372. [20] [21] HR Bukhori Muslim [22] HR. Bukhori [23] Lihat Al-Bahrul Muhith fi Tafsir karya Abu Hayyan Al-Andalusy 10/173. [24] Lihat Al-Bidayah wan Nihayah 4/524-525. [25] Lihat Majallah Al-Jamiah Al-Islamiyah bil Madinatil Munawwaroh 42/130; Al-Qoulul Mubin fi siroti sayyidil mursalin karya Muhammad At-Thoyyib An -Najjar [26] dalam tafsirnya 2/268 dan Ibnu Abi Hatim 1/188, Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ujab fi bayanil asbab berkata “Sanadnya sohih”. [27] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/96. [28] lihat Tafsir Hadaiq Ar-Ruhu war Raihan 29/283. [29] Lihat Tafsir Adwaaul Bayan 8/171. [30] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/103. [31] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/107. [32] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/108. [33] HR. Bukhori [34] HR. Muslim [35] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/109-110. [36] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/114. [37] lihat Al-Ijma’ karya Ibnu Al-Mundzir 1/40 [38] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/100. [39] HR. Muslim no.4-845 [40] HR. Muslim no.3-845 [41] [42] Lihat Fatawa nur ala darb karya Ibnu Al-Utsaimin 8/2. [43] Majmu’ Fatawa wa Rosail karya Ibnu Al-Utsaimin 14/295. [44] HR. Bukhori
santrineabah #abahfaruq #dawuheabah #tafsiramaly #ppqurany #ppuw #livepengajianKajian Tafsir Amaly oleh Abah KH. Muhammad FaruqLive Streaming disiarkan lang

ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ Arab-Latin żālika faḍlullāhi yu`tīhi may yasyā`, wallāhu żul-faḍlil-'aẓīmArtinya Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. Al-Jumu'ah 3 ✵ Al-Jumu'ah 5 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Menarik Terkait Dengan Surat Al-Jumu’ah Ayat 4 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Jumu’ah Ayat 4 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam pelajaran menarik dari ayat ini. Didapatkan bermacam penjelasan dari beragam mufassirin berkaitan makna surat Al-Jumu’ah ayat 4, misalnya seperti berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia4. Pengutusan Rasul kepada orang-orang Arab dan selainnya merupakan karunia dari Allah yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya. Hanya Allah semata pemilik karunia dan pemberian yang besar.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram4. Hal itu -yakni diutusnya seorang Rasul kepada Arab dan non Arab- merupakan karunia Allah yang diberikan kepada yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai kebaikan yang besar. Di antara kebaikan-Nya yang besar adalah Dia mengutus Rasul umat ini kepada seluruh manusia.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah4. Pengutusan Nabi Muhammad kepada seluruh jin dan manusia yang merupakan perkara agung itu, adalah karunia yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Hanya Allah yang memiliki karunia yang luas bagi dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah3. وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا۟ بِهِمْ ۚ dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka Yakni kaum yang belum pernah berinteraksi dengan mereka pada waktu itu, namun kelak akan berinteraksi dengan mereka. Yakni Rasulullah akan menyucikan mereka dan menyucikan kaum selain mereka, yaitu orang-orang beriman setelah generasi sahabat dari kaum Arab maupun selain Arab hingga datang hari kiamat. Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata “Suatu hari kami duduk di majelis Rasulullah saat surat al-Jumu’ah diturunkan, maka Rasulullah membacanya; dan ketika sampai pada ayat وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا۟ بِهِمْ seseorang bertanya kepada beliau “Hai Rasulullah, siapakah mereka yang belum pernah bertemu dengan kami ini?” maka Rasulullah meletakkan tangannya pada Salman al-Farisi seraya berkata “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika saja keimanan itu berdasarkan banyaknya lampu yang menerangi rumah-rumah niscaya orang-orang seperti dia ini pasti akan mendapatkan keimanan.” وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana Yakni memiliki kemuliaan dan kebijaksanaan yang tiada batas.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah4. Keutamaan yang istimewa dengan mengutus Nabi ini pada masanya itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya yang terpilih. Allah adalah Dzat yang memiliki keutamaan paling agung yang tidak mungkin disamai oleh keutamaan atas hamba-hambaNya📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahItulah karunia Allah yang dianugerahkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah memiliki karunia yang agungMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H4. Ini adalah salah satu keperkasaan dan kebijaksanaan Allah yang tidak membiarkan hamba-hambaNya begitu saja. Tapi Allah mengutus di tengah-tengah mereka seorang rasul yang memerintah dan melarang mereka. Itu adalah salah satu karunia agung dari Allah yang diberikan pada siapa saja yang dikehendaki. Karunia diutusnya seorang rasul lebih besar daripada nikmat kesehatan jasmani dan luasnya rizki bagi mereka. Tidak ada yang lebih baik dari kenikmatan agama yang merupakan sumber keberuntungan dan kebahagiaan abadi.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Jumu’ah ayat 4 Ketahuilah wahai manusia, bahwa diutusnya penutup para Rasul Muhammad ﷺ kepada manusia seluruhnya adalah karunia dan pemuliaan dari Allah atas mereka, dan Allah memulikan orang Arab; Dimana turunnya Al Qur’an dengan bahasa mereka, dan tidak diragukan lagi bahwa pengutusan Rasul ini adalah karunia dari Allah, Allah berikan bagi siapa yang dikehendaki dari makhluk-Nya, dan Allah lah yang memiliki karunia yang luas, tidak setara dengan apapun karunia-Nya.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang disebutkan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Jumu’ah Ayat 4Demikianlah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dia kehendaki seperti mengangkat rasulullah menjadi nabi dan rasul dan diutus kepada umat manusia seluruh alam; dan Allah memiliki karunia yang besar yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. 5. Allah mengecam manusia yang mendapat karunia-Nya menjadi ahli agama, tetapi tidak mengamalkannya. Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa taurat, menjadi ulama dan bertugas membimbing manusia beragama, kemudian mereka tidak membawanya, tidak mengamalkan agama dan tidak menjadikan dirinya teladan bagi umat adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal, dirinya dibebani oleh pengetahuan agama, tetapi pengetahuan agama itu tidak membawa kebaikan apa pun bagi dirinya. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah yang diwahyukan kepada nabi dan rasul-Nya. Dan Allah tidak akan pernah memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim, yang membiarkan dirinya gelap, padahal mereka memegang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Itulah pelbagai penjelasan dari beragam ahli tafsir mengenai kandungan dan arti surat Al-Jumu’ah ayat 4 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan untuk kita. Support kemajuan kami dengan mencantumkan hyperlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan Bacaan Tersering Dicari Tersedia banyak halaman yang tersering dicari, seperti surat/ayat Al-Insyirah 6, An-Nisa 146, Al-Jumu’ah 10, Al-Anfal, Al-Jatsiyah, Ali Imran 110. Juga An-Nur 26, Al-Baqarah 168, Al-Ahzab 56, Al-Baqarah 152, An-Nisa 29, Thaha. Al-Insyirah 6An-Nisa 146Al-Jumu’ah 10Al-AnfalAl-JatsiyahAli Imran 110An-Nur 26Al-Baqarah 168Al-Ahzab 56Al-Baqarah 152An-Nisa 29Thaha Pencarian ayat 23, bunyi surat al kautsar ayat 1, tuliskan surat al-fatihah beserta artinya, quran surat al-anbiya ayat 20, almaidah ayat 7 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah

Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Quran; Doa; Cerita Hikmah; Tilawah Per Ayat; Mushaf Madina; Fatwa DSN; Kerja Sama; Donasi; Surat Al-Jumu'ah (Hari Jum'at) 11 Ayat • Surat ke 62 • Madaniyah. Surat Al-Jumu'ah Ayat 1.

Al-Jumu'ah 11 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ࣖ الجمعة ١١ wa-idhāوَإِذَاAnd whendan apabilara-awرَأَوْا۟they sawmereka melihattijāratanتِجَٰرَةًa transactionperniagaanawأَوْorataulahwanلَهْوًاa sportpermainaninfaḍḍūٱنفَضُّوٓا۟they rushedmereka menujuilayhāإِلَيْهَاto itkepadanyawatarakūkaوَتَرَكُوكَand left youdan mereka meninggalkan kamuqāimanقَآئِمًاۚstandingberdiriqulقُلْSaykatakanlahmāمَا"Whatapaʿindaعِندَis withdisisil-lahiٱللَّهِAllahAllahkhayrunخَيْرٌis betterlebih baikminaمِّنَthandaril-lahwiٱللَّهْوِthe sportpermainanwaminaوَمِنَand fromdan daril-tijāratiٱلتِّجَٰرَةِۚany transactionperniagaanwal-lahuوَٱللَّهُAnd Allahdan Allahkhayruخَيْرُis the Bestsebaik-baikl-rāziqīnaٱلرَّٰزِقِينَof the Providers"pemberi rizki/imbalan Transliterasi Latin Wa iżā ra`au tijāratan au lahwaninfaḍḍū ilaihā wa tarakụka qā`imā, qul mā 'indallāhi khairum minal-lahwi wa minat-tijārah, wallāhu khairur-rāziqīn QS. 6211 Arti / Terjemahan Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri berkhotbah. Katakanlah "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. QS. Al-Jumu'ah ayat 11 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Ayat sebelumnya mengingatkan orang-orang beriman agar kembali bekerja mencari rezeki yang halal apabila sudah melaksanakan salat Jumat. Ayat ini menegur kaum muslim yang meninggalkan Rasulullah ketika sedang menyampaikan khutbah Jumat untuk berburu barang dagangan. Dan apabila mereka, orang-orang beriman yang sedang menyimak khutbah Jum'at, melihat perdagangan, kafilah dagang yang membawa barang-barang berharga tiba di Madinah atau permainan, hiburan musik dan tari yang diselenggarakan guna menyambut kafilah dagang yang baru tiba dari Syam, mereka, sebagian besar orang-orang yang sedang menyimak khutbah Jumat itu, segera menuju kepadanya, ke tempat kafilah dagang dan hiburan itu; dan mereka meninggalkan engkau Muhammad yang sedang berdiri, menyampaikan khutbah Jumat. Katakanlah, wahai Muhammad kepada mereka, “Apa yang ada di sisi Allah, kenikmatan surga yang diberikan kepada orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya lebih baik daripada permainan, hiburan, musik dan tari, dan perdagangan barang-barang berharga yang dicari dan disukai manusia.” Dan Allah pemberi rezeki yang terbaik kepada setiap Lengkap KemenagKementrian Agama RI Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan at-Tirmidhi dari Jabir bin 'Abdullah bahwa ketika Nabi saw berdiri berkhotbah pada hari Jumat, tiba-tiba datanglah rombongan unta pembawa dagangan, maka para sahabat Rasulullah bergegas mendatanginya sehingga tidak ada yang tinggal mendengarkan khotbah kecuali 12 orang. Saya Jabir, Abu Bakar, dan Umar termasuk mereka yang tinggal, maka Allah Ta'ala menurunkan ayat wa idha ra'au tijaratan au lahwan, sampai akhir surah. Pada ayat ini Allah mencela perbuatan orang-orang mukmin yang lebih mementingkan kafilah dagang yang baru tiba dari pada Rasulullah, sehingga mereka meninggalkan Nabi saw dalam keadaan berdiri berkhotbah. Ayat ini ada hubungannya dengan peristiwa kedatangan Dihyah al-Kalbi dari Syam Suriah, bersama rombongan untanya membawa barang dagangannya seperti tepung, gandum, minyak dan lain-lainnya. Menurut kebiasaan apabila rombongan unta dagangan tiba, wanita-wanita muda keluar menyambutnya dengan menabuh gendang, sebagai pemberitahuan atas kedatangan rombongan itu, supaya orang-orang datang berbelanja membeli barang dagangan yang dibawanya. Selanjutnya Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya menyampaikan kekeliruan perbuatan mereka dengan menegaskan bahwa apa yang di sisi Allah jauh lebih baik daripada keuntungan dan kesenangan dunia. Kebahagiaan akhirat itu kekal, sedangkan keuntungan dunia akan ini ditutup dengan satu penegasan bahwa Allah itu sebaik-baik pemberi rezeki. Oleh karena itu, kepada-Nyalah kita harus mengarahkan segala usaha dan ikhtiar untuk memperoleh rezeki yang halal, mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya yakni kepada barang dagangan, karena barang dagangan itu merupakan kebutuhan yang mereka perlukan, berbeda dengan permainan dan mereka tinggalkan kamu dalam khotbahmu dalam keadaan berdiri. Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah berupa pahala lebih baik bagi orang-orang yang beriman dari permainan dan perniagaan," dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki bila dikatakan, setiap orang itu memberi rezeki kepada keluarganya, maka pengertian yang dimaksud ialah dari rezeki Allah swt. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Allah Swt. mengecam orang-orang yang bubar meninggalkan khotbah Jumat karena menuju ke tempat perniagaan yang baru tiba di Madinah di masa itu. Untuk itu Allah Swt. berfirmanDan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri berkhotbah. Al-Jumu'ah 11Maksudnya, pergi meninggalkanmu yang sedang berkhotbah di atas mimbar. Demikianlah menurut takwil yangdikemukakan oleh paratabi'in yang bukan hanya seorang, yang antara lain ialah Abul Aliyah, Al-Hasan, Zaid ibnu Aslam, dan ibnu Hayyan menduga bahwa barang dagangan tersebut adalah milik Dihyah ibnu Khalifah sebelum dia masuk Islam, dia memakai genderang dalam menjajakan barang dagangannya, akhirnya mereka bubar menuju ke tempat perniagaan itu dan meninggalkan Rasulullah Saw. yang sedang berkhotbah di atas mimbarnya, terkecuali sebagian kecil dari mereka yang tidak terpengaruh. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah hadis yang menceritakannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, dari Husain, dari Salim ibnu Abul, Ja'd, dari Jabir yang mengatakan bahwa iringan kafilah perniagaan datang ke Madinah di saat Rasulullah Saw. sedang berkhotbah, maka orang-orang pun bubar menuju ke arahnya dan yang tersisa hanyalah dua belas orang lelaki yang tetap di tempatnya. Maka turunlah firman Allah Swt. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya. Al-Jumu'ah 11Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis yang sama di dalam kitab sahih Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Husain, dari Salim ibnu Abul Ja'd dan Abu Sufyan, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. sedang berkhotbah Jumat, datanglah iringan kafilah ke Madinah. Maka para sahabat bergegas menuju kepadanya, sehingga tiada yang tertinggal bersama Rasulullah Saw. selain dari dua belas orang lelaki. Maka Rasulullah Saw. bersabda Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­Nya, seandainya kalian semua terpengaruh hingga tiada seorang pun dari kalian yang tersisa, niscaya lembah ini akan mengalirkan api membakar kalian semua. Lalu turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri berkhotbah. Al-Jumu'ah 11 Jabir ibnu Abdullah melanjutkan, bahwa di antara kedua belas orang yang tetap mendengarkan khotbah Rasulullah Saw. adalah Abu Bakar dan Umar dalam firman Allah Swt.dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri berkhotbah. Al-Jumu'ah 11terkandung dalil yang menunjukkan bahwa imam melakukan khotbahnya pada hari Jumat dengan berdiri. Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya melalui Jabir ibnu Samurah yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw. melakukan dua khotbah, dan melakukan duduk di antara keduanya. Di dalam khotbahnya beliau Saw. membaca Al-Qur'an dan memberikan peringatan kepada tetapi, perlu diketahui dalam hal ini bahwa menurut suatu pendapat kisah ini terjadi ketika Rasulullah Saw. mendahulukan salat Jumat atas khotbahnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di dalam Kitabul Marasil-nya. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Khalid, dari Al-Walid, telah menceritakan kepadaku Abu Mu'az Bukair ibnu Ma'ruf, bahwa ia pernah mendengar Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. melakukan salat Jumatnya sebelum khotbahnya, sama halnya dengan salat dua hari raya. Dan akhirnya pada suatu hari ketika Nabi Saw. sedang berkhotbah, datanglah seorang lelaki yang masuk ke dalam kumpulan jamaah salat Jumat, lalu ia berkata memberitakan, bahwa sesungguhnya Dihyah ibnu Khalifah telah tiba dengan membawa barang yang dimaksud ialah menganjurkan kepada mereka untuk bubar dan menyambut kafilah tersebut, sehingga tiada yang tersisa kecuali hanya sejumlah kecil saja dari sahabat Rasulullah Saw. Firman Allah Swt.Katakanlah, “Apa yang di sisi Allah." Al-Jumu'ah 11 Yakni berupa pahala di negeri akhirat nanti."adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan, " dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. Al-Jumu'ah 11bagi orang yang bertawakal kepada-Nya dan mencari rezeki tepat pada waktunya. Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Jumu'ah. Segala puji bagi Allah dan semua karunia dari-Nya, dan hanya kepada-Nya memohon taufik dan Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab Apabila mereka melihat perniagaan dan permainan yang menyenangkan, mereka menuju ke situ dan meninggalkan kamu berdiri menyampaikan khutbah. Katakan kepada mereka, "Karunia dan pahala yang ada pada Allah lebih bermanfaat bagi kalian daripada permainan dan perniagaan. Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Maka, mintalah rezeki-Nya dengan senantiasa menaati-Nya."

TafsirSurat Al-Jumu'ah Ayat-2. 2. هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟

Tafsir Quraish Shihab Diskusi (Dan juga kepada kaum yang lain) lafal ini diathafkan kepada lafal al-ummiyyiina, yakni orang-orang yang ada (dari mereka) yaitu orang-orang yang datang kemudian dari mereka, artinya sesudah mereka (tiadalah) (dapat menyusul para pendahulunya) yakni dalam hal kepeloporan dan keutamaannya.

SurahAl Jumu'ah. Tafsir QS. Al-Jumu'ah (62) : 1. Oleh Kementrian Agama RI. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi baik yang bernyawa maupun tidak, benda keras ataupun cair, pepohonan, dan sebagainya, bertasbih kepada Allah, menyucikan-Nya dari hal-hal yang tidak wajar, seperti sifat-sifat

.
  • tfn7lb5u37.pages.dev/33
  • tfn7lb5u37.pages.dev/810
  • tfn7lb5u37.pages.dev/694
  • tfn7lb5u37.pages.dev/861
  • tfn7lb5u37.pages.dev/896
  • tfn7lb5u37.pages.dev/952
  • tfn7lb5u37.pages.dev/714
  • tfn7lb5u37.pages.dev/228
  • tfn7lb5u37.pages.dev/467
  • tfn7lb5u37.pages.dev/23
  • tfn7lb5u37.pages.dev/760
  • tfn7lb5u37.pages.dev/206
  • tfn7lb5u37.pages.dev/695
  • tfn7lb5u37.pages.dev/88
  • tfn7lb5u37.pages.dev/436
  • tafsir surat al jumu ah